Kiat Menjadi Mahasiswa Di Atas Rata-rata

17.10

19 Agustus 2019, Univeristas Negeri Jakarta menerima 5,156 Mahasiswa Baru dari jalur SNMPTN, SBMPTN dan Penmaba di 9 fakultas dan 92 prodi dalam jenjang vokasional, sarjana dan pascasarjana. Begitu senang hati dan jiwanya karena mereka dapat diterima di kampus yang diidam-idamkan selama ini. 

Bukanlah perkara yang mudah menjadi mahasiswa bagi seseorang yang baru lulus dari masa putih abu-abu. Mereka harus mampu beradaptasi cepat dengan lingkungan barunya. Biasanya Mahasiswa baru identik dengan semangat dan idealisme terhadap tujuan pribadinya selama di kampus dan ada yang mau menjadi mahasiswa biasa-biasa saja seperti di zaman SMA dahulu.

Haruslah kita ketahui, menjadi mahasiswa merupakan suatu proses untuk kita menjadi siap di kehidupan setelah lulus dari universitas, yaitu dunia pekerjaan. Dalam Revolusi Industri 4.0 dan 5.0 ini persaingan menjadi semakin ketat karena pesaing kita bukan lagi dengan warga negara sendiri. Kita harus mampu bersaing dengan Warga Negara Asing dan lainnya. Nah, karena itu mahasiswa harus mempunyai semangat dan sikap yang menunjukan bahwa ia pantas mendapatkan apa yang dia mau. Caranya dengan menjadi mahasiswa yang ideal dan berprestasi di bidang yang disukai. 

Ada beberapa cara untuk menjadi mahasiswa utuh, yang nantinya dapat mendukung kita untuk mampu bersaing di dunia kerja dan menjadi mahasiswa yang berprestasi.

1. Belajar Cerdas, Aktif, dan Kritis

Hal utama yang dibutuhkan untuk meraih predikat mahasiswa berprestasi (mapres) tentunya adalah nilai dan pengalaman yang baik serta melebihi rata-rata. Karena itu, seorang mahasiswa harus tahu cara belajar dengan cerdas, aktif, dan kritis. Bukan hanya belajar dengan keras satu malam sebelum ujian, melainkan belajar dengan cerdas dan aktif dimulai dari dalam kelas. Contohnya sebisa mungkin cobalah duduk di barisan paling depan, sehingga meminimalisir gangguan yang akan diterima dalam menerima ilmu. Duduk di barisan depan juga akan membuat seorang mahasiswa lebih fokus mendengarkan dosen, juga lebih berpotensi dikenal dosen karena terlihat ambisius dalam belajar.

Kebanyakan mahasiswa terlalu meremehkan waktu belajar di kelas, kurang mempersiapkan dengan baik, sehingga timbul adalah rasa bosan dan mengantuk di kelas. Belajar juga tidaklah di kelas saja, tetapi dalam kehidupan sehari-hari contohnya menjadi relawan dalam berbagai kesempatan ataupun mengikuti kegiatan organisasi di kampus maupun luar kampus. Mahasiswa berprestasi juga haruslah kritis dalam memiliki seribu pertanyaan dan ide dengan materi yang disampaikan maupun tidak disampaikan. Pastikan Anda bukan salah satu diantaranya jika ingin berhasil menjadi mapres.

2. Me-review Materi Kuliah Setelah Dibahas di Kelas

Proses pembelajaran di kelas-kelas perkuliahan tentunya jauh berbeda dengan proses belajar di bangku Sekolah Menengah. Di bangku kuliah, Anda akan merasakan bahwa dosen mengajarkan materi lima kali lebih cepat dibandingkan dengan guru sekolah. Oleh karena itu, Anda harus proaktif mempersiapkan materi sebelum masuk kelas. Dosen biasanya akan memberikan rencana materi kuliah di awal semester, sehingga Anda juga bisa memperkirakan harus mempelajari apa sebelum masuk kelas. Tugas mahasiswa bukan sekadar datang untuk kuliah, tetapi kamu juga harus memahami materi yang diberikan dosen supaya kamu memperoleh nilai yang bagus saat ujian. Tentu yang dilakukan adalah belajar dan me-review kembali materi kuliah yang diajarkan secara rutin sehingga kamu terbiasa dan tidak sistem kebut semalam saat ujian tiba.

3. Membangun Jaringan Pertemanan Seluasnya

Saat-saat berkuliah adalah saat yang paling penting untuk membangun koneksi dengan berbagai tipe manusia, yang berbeda-beda dari program studi, suku, ras, agama, dan golongan lainnya. Dari bangku kuliah, Anda harus pandai menjaga hubungan dengan orang lain sehingga nama Anda dikenal orang dengan reputasi yang baik, bonusnya Anda akan menjadi terkenal. Membangun koneksi mungkin belum begitu terasa manfaatnya saat di awal masa kuliah, tapi ketika lulus nanti ternyata koneksilah yang bisa membuat seseorang bisa berkontribusi besar bagi masyarakat dan negara. Kok bisa ya?

Rata-rata mahasiswa berprestasi pasti memiliki hubungan yang baik dengan teman-teman, senior, junior dan dosen serta civitas akademika yang ada di dalam kampus dan di kampus lain. Dari hubungan yang baik dengan semua orang inilah mahasiswa juga bisa direkomendasikan menjadi mapres. Membangun koneksi jika perlu dilakukan pula hingga mencapai perguruan tinggi lain melalui berbagai konferensi, seminar, atau lainnya, sehingga semakin besar kesempatan untuk belajar dan lebih banyak orang yang mengenal Anda dari dalam kampus maupun luar kampus sehingga Anda bisa berbagi dan berdiskusi berbagai ide dengan orang lain.

4. Aktif Organisasi Sesuai Passion

Tidak akan mampu seseorang meraih predikat mahasiswa berprestasi jika setiap hari ia hanya fokus kuliah tanpa berinteraksi dengan mahasiswa lain dalam organisasi yang sejalan dengan ilmu yang dipelajari atau passion.
Banyak sekali hal-hal yang dapat dipelajari dengan berperan aktif dalam organisas maupun kegiatan selain kuliah, seperti bagaimana cara mengatur waktu sehingga seimbang antara organisasi dan belajar, bagaimana berinteraksi dengan orang lain, mencari solusi akan berbagai masalah dan masih banyak lagi.

Hidup di dunia ini tidak sendiri, tentunya Anda memerlukan kerjasama dengan orang lain untuk mewujudkan berbagai ide yang baik. Dengan aktif berorganisasi, Anda sudah selangkah lebih dekat menjadi mahasiswa berprestasi.

5. Asah Softkil dan Hardskil 

Selain mengejar nilai akademik, tentunya seorang mahasiswa berprestasi harus mampu mengasah sendiri kemampuan-kemampuan selain akademik yang tidak diajarkan dalam mata kuliah. Contohnya yaitu:
mempelajari bahasa asing (otodidak atau kursus) hingga lancar bercakap-cakap
mengikuti berbagai lomba terkait program studi Anda maupun tidak
mengikuti kursus kepemimpinan atau kewirausahaan

Kemampuan ini sebetulnya tidak akan diujikan, tetapi akan membuat pengalaman berkuliah menjadi lebih kaya, sehingga ketika lulus nantipun Anda tidak hanya mendapatkan nilai yang baik. Namun, juga berbagai kemampuan tambahan yang diperlukan untuk bersaing di era global ini.

6. Berfikir Terbuka

Kebanyakan orang yang berhasil menjadi mahasiswa berprestasi memiliki pemikiran yang tebuka dan bisa diajak berdiskusi mengenai berbagai hal. Oleh karena itu, jika Anda ingin menjadi mahasiswa berprestasi, maka banyak-banyak pula berdiskusi, tidak hanya dengan teman, tetapi juga dengan dosen dan seluruh civitas akademika di perguruan tinggi. Berdiskusi akan membuka pemikiran-pemikiran baru dan membuat seseorang lebih hidup menjalani dunia perkuliahan. 

Dengan pikiran terbuka, tentunya ilmu juga lebih mudah masuk. Terimalah pujian tanpa meninggikan diri sendir dan terima pula kritikan orang lain sebagai keuntungan untuk memperbaiki diri lebih baik lagi. Tidak perlu sakit hati jika ada yang berkomentar Anda terlalu ambisius mengejar predikat mahasiswa berprestasi, tapi anggap saja mereka bertindak demikian karena merasa malu tidak memiliki semangat sebesar diri Anda. 

Mahasiswa yang sukses memang merupakan dambaan. Namun sekali lagi perlu diperhatikan benar apa indikator “kesuksesan” yang digunakan. Jangan sampai Anda merasa menjadi sukses, padahal sebenarnya gagal. Mahasiswa yang sukses adalah mahasiswa yan berhasil meraih duahal sekaligus. Pertama, Menjadi mahasiswa yang berkepribadian dermawan. Kedua, Meraih kesuksesan secara akademik dengan jujur.

Selain itu, seorang mahasiswa dituntut untuk peduli terhadap keadaan sosial, serta memikul tanggung jawab akademis dan non-akademis demi terwujudnya tatanan sosial dan masyarakat yang sejahtera.



By. Afif Fadhlu Rohman & Aditya Mulya Poetre


PRESS RELEASE SEKOLAH MENTOR FIP 1440 H

07.12


SEKOLAH MENTOR I
Jakarta, 5 Juli 2019 – Lembaga Dakwah Fakultas Ilmu Pendidikan, Formasi 1440H melaksanakan Sekolah Mentor pertama dalam rangka mempersiapkan calon mentor PKKMB 2019. Sekolah mentor kali ini bertajuk “Be A Mentor Wow Ala Zaman Now” yang bermaksud mengajak para calon mentor menjadi mentor luar biasa shalih/ah yang sesuai dengan zamannya.

Sekolah Mentor I bertemakan "The Power of Mentoring" yang bermaksud untuk memberikan pengetahuan kepada peserta mengenai urgensi mentoring. Pembicara pada SM I ini adalah Bang Galuh Raga, yang merupakan alumni dari Pendidikan Bahasa Inggris UNJ yang juga aktif di Lembaga Dakwah Fakultas (FSI-KU) dan Lembaga Dakwah Kampus UNJ (LDK SALIM).

Beliau memulai materi dengan memaparkan keadaan generasi muda di zaman sekarang. Begitu banyak dan mudahnya akses menuju pada kehidupan yang bebas dan tak tahu arah. Sehingga membuat pemuda pemudi khususnya di Indonesia terjebak dalam masa muda yang sia-sia. Pemateri membuat suasana diskusi menjadi sangat santai sehingga  peserta menjadi lebih aktif dan mudah menerima materi yang disampaikan.

Diskusi berjalan cukup panjang akibat besarnya antusias dari peserta menyebabkan acara selesai pukul 17.30. Sebelum dilakukan penutupan, pemandu acara hari ini memberikan bingkisan kepada pemateri dan dilanjutkan dengan penyampaian pengumuman mengenai SM selanjutnya di pekan depan. Acara di akhiri dengan doa penutup oleh pemandu acara.


                   SEKOLAH MENTOR II                

Jakarta, 12 Juli 2019 –  Sudah terlaksanakannya Sekolah Mentor jilid II yang berlokasi di Ruang Sidang Fakultas Ilmu Pendidikan lantai 3. SM II kali ini bertajuk “Get Ready To Be A Mentor” yang dimaksudkan memberikan semangat dan pengetahuan kepada para calon mentor akan urgensi membina di zaman yang semakin modern ini. Materi akan disampaikan oleh Bang Galuh Nadi yang merupakan alumni S1 Sastra Inggris UNJ. Beliau juga aktif membina dan dibina sejak menjadi mahasiswa serta turut aktif di Lembaga Dakwah Fakultas sampai Universitas. Alhamdulillah pada acara ini dihadiri oleh lebih dr 50 mahasiswa yang berasal dari berbagai prodi di Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ.

Acara ini dimulai pukul 14.30 oleh Farhan Yazid selaku pemandu acara. Selajutnya pembacaan tilawah oleh Naufal dan dilanjutkan dengan materi oleh Bang Galuh Nadi. Beliau mengawalinya dengan membuka wawasan peserta mengenai keadaan pemuda masa kini yang sudah mulai menjauh dari agama. Sehingga peserta dapat mengetahui bahwa salah satu solusi untuk mengatasinya adalah dengan mentoring. Sesi materi berjalan dengan sangat interaktif dan santai karena beliau menerapkan metode diskusi dalam menyampaikan materi.

Selain itu beliau pun memaparkan mengenai beberapa alasan yang mendorong peserta agar menjadi murobbi yaitu mengikuti jalannya para rasul, perbuatan yang paling mulia, akan mendapat balasan yang besar, dapat terhindar dari azab dan jalan menuju umat terbaik.
Setelah pemaparan materi, dibuka sesi tanya jawab lalu pemberian bingkisan untuk pemateri serta penyampaian informasi mengenai SM III. Selanjutnya, acara ditutup pada pukul 17.35 oleh pemandu acara.


SEKOLAH MENTOR III
Jakarta (19/07/2019) – Telah berlangsungnya Sekolah Mentor III di Ruang Sidang Fakultas Ilmu Pendidikan lantai 3. Sekolah mentor terakhir ini bertajuk Coaching Mentor dimana para calon mentor akan mempraktekan teori-teori yang sudah diterima di sekolah mentor sebelumnya.
Acara dibuka pukul 15.00 yang dipandu oleh  Farhan Yazid dari prodi BK 2018 selaku pembawa acara.  Sebelumnya registrasi peserta sudah dimulai pukul 14.30. Setelah pembukaan oleh mc dan pembacaan tilawah oleh Yogi Hendratama dari prodi PGSD 2017. Alhamdulillah sebagian peserta yang hadir merupakan mahasiswa/I FIP yang telah hadir di SM 1 dan SM 2 sehingga sudah memilki frekuensi yang sama mengenai urgensi dibina dan membina.

Selanjutnya acara dijeda untuk sholat Ashar dan di mulai kembali pada pukul 15.45 oleh pemandu acara. Kemudian peserta dikondisikan untuk membentuk kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan sekitar 6-7 orang. Pembagian kelompok ini bermaksud sebagai simulasi mentoring yang akan memberikan gambaran langsung bagi para calon mentor. Peran coach kali ini akan berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan mengamati peserta di setiap kelompok.

Pada sesi praktek ini, ikhwan dan akhwat dilakukan di tempat yang terpisah agar peserta lebih nyaman dan fokus ketika mempraktikan teori. Maka di setiap ikhwan dan akhwat terdapat koordinator yang akan membantu peran coach. Praktek yang dilakukan setiap peserta dalam satu kelompok secara bergiliran. Masing-masing peserta akan diminta untuk membuka, memperkenalkan, menyampaikan materi mengenai keislaman juga menutup mentoring. Kali ini peserta diberikan waktu selama paling lama 10 menit untuk berperan menjadi seorang mentor.

Sesi praktek ini berakhir pada pukul 17.30 yang sebelumnya peserta diminta kembali ketempat masing – masing dan memberikan kesan pesannya mengenai SM 3 kali ini. Setelah pengumuman calon mentor terpilih, maka pemandu acara membagikan reward kepada peserta yang paling disiplin. Kemudian selangkah sebelum penutupan acara dilakukan doa bersama yang dipandu oleh mc.



MASA KEKHALIFAHAN UMAR BIN ABDUL AZIZ

17.01


  1. Latar Belakang Umar dan Keluarganya
Umar Bin Abdul Aziz, seorang anak laki-laki yang dilahirkan oleh Ummu Asim Laila Binti Asim dan ayahnya Abdul Aziz Bin Marwan pada tahun 682 M atau 61 H di Madinah (beberapa ahli sejarah lainnya mengklaim lahir di Mesir). Umar Bin Abdul Aziz dijuluki ASYAJ BANI UMAYAH yang artinya ‘YANG TERLUKA DI WAJAHNYA’ sebagaimana mimpi Umar Bin Khattab. Umar Bin Abdul Aziz mempunyai nasab dengan Umar Bin Khattab dari sang ibu. Umar Bin Abdul Aziz mempunyai tiga adik yaitu Abu Bakar, Muhammad dan Ashim.
Umar Bin Abdul Aziz mempunyai istri bernama Fatimah binti Abdul Malik, ia wanita soleha dari kalangan kerajaan Bani Umayah, putri dari Khalifah Abdul Malik Bin Marwan. Selain Fatimah, Umar Bin Abdul Aziz mempunyai tiga istri lagi, yaitu Lamis binti Ali, Ummu Utsman bin Syu’aib, dan Ummu Walad. Umar mempunyai empat belas anak laki-laki, yaitu Abdul Malik, Abdul Aziz, Abdullah, Ibrahim, Ishaq, Ya’qub, Bakar, Al-Walid, Musa, Ashim, Yazid, Zaban, Abdullah dan tiga anak perempuan yaitu Aminah, Ummu Ammar dan Ummu Abdillah.
Umar bin Abdul Aziz tergolong anak yang cerdas dan memiliki hafalan yang kuat. Kedekatan kekerabatannya dengan Abdullah bin Umar bin Khattab menyebabkan ia sering bermain ke rumah sahabat nabi yang mulia ini. Suatu ketika ia mengatakan kepada ibunya sebuah cita-cita yang mulia dan menunjukkan jati diri Umar kecil, “Ibu, aku ingin menjadi seorang laki-laki dari paman ibu.” Ibunya pun menanggapi, “Sulit bagimu nak, untuk meniru pamanmu itu.”
Terang saja ibunya mengatakan demikian, Abdullah bin Umar adalah salah seorang pembesar dari kalangan sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ia merupakan salah seorang yang paling banyak meriwayatkan hadis nabi, seseorang putera kesayangan dari orang yang paling mulia di masa Islam setelah Nabi Muhammad dan Abu Bakar Ash-Shiddiq, seorang ahli ibadah lagi mempunyai kedudukan terhormat, dan dicintai umat. Namun, Umar bin Abdul Aziz tak patah semangat, ia memiliki jiwa yang tangguh sebagaimana kakeknya Umar bin Khattab.
Ayah Umar bin Abdul Aziz adalah seorang gubernur di Mesir. Suatu ketika ia mengirim surat ke ibu kota yang berisikan mengajak anak dan istrinya untuk menyertainya di Negeri Mesir. Sang ibu pun berkonsultasi dengan Abdullah bin Umar, kemudian Ibnu Umar menasihatinya, “Keponakanku, dia adalah suamimu, pergilah kepadanya.” Manakala Ummu Ashim hendak berangkat, Ibnu Umar mengatakan, “Tinggalkanlah anakmu ini –Umar bin Abdul Aziz- bersama kami, dia satu-satunya anakmu yang mirip dengan keluarga besar Al-Khattab.” Ummu Ashim tidak membantah dan dia meninggalkan anaknya bersama pamannya tersebut.
Ketika sampai di Mesir, sang ayah pun menanyakan perihal Umar bin Abdul Aziz. Ummu Ashim mengabarkan apa yang terjadi, berbahagialah Abdul Aziz mendengar kabar tersebut. Ia mengirim surat kepada saudaranya, Abdul Malik, agar mencukupi kebutuhan anaknya di Madinah. Abdul Malik menetapkan seribu dinar setiap bulannya untuk biaya hidup Umar bin Abdul Aziz. Setelah beberapa saat, Umar bin Abdul Aziz pun menyusul ayahnya ke Mesir.
Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716. Ia di bai'at sebagai khalifah pada hari Jumat setelah Sholat Jumat. Hari itu juga setelah ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru ini.  Khalifah Umar ini hanya memerintah selama tiga tahun kurang sedikit. Menurut riwayat, ia meninggal karena dibunuh (diracun) oleh pembantunya.

  1. Mentor-mentor UMAR BIN ABDUL AZIZ
1.      Abdullah bin Umar atau Ibnu Umar, seorang periwayat hadist terbanyak dan pamannya sendiri.
2.      Shalih bin Kaisan, mentor pilihan dari ayahnya Umar.
Shalih mendidik Umar dengan baik. Shalih mengharuskan Umar sholat lima waktu berjamaah di masjid. Suatu hari Umar tertinggal dari sholat berjamaah, maka Shalih bin Kaisan pun bertanya, “Apa yang menyibukkanmu?” Umar menjawab, “Pelayanku menyisir rambutku.” Shalih berkata, “Sedemikian besar perhatianmu terhadap menyisir rambut, sampai-sampai kamu tertinggal sholat.” Lalu Shalih menyampaikan hal itu kepada ayah Umar bin Abdul Aziz, maka ayahnya mengutus seseorang dan langsung mencukur rambutnya tanpa bertanya apa-apa lagi.
3.      Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud, mentor yang sangat dihormati Umar.
Umar sangat menghormatinya, menimba ilmu darinya, menjadi beradab dengan meniru prilakunya dan sering mengunjunginya. Sampai ketika Umar menjadi gubernur Madinah, ia pun sering melakukan hal itu. Ketika Umar menjabat sebagai khalifah, ia mengatakan, “Seandainya Ubaidullah masih hidup, niscaya aku tidak menetapkan sebuah keputusan kecuali berpijak dengan pendapatnya. Aku berharap memperoleh ini dan ini dengan satu hari bersama Ubaidullah.”
4.      Sa’id bin Al-Musayyib, bintangnya para tabi’in.
Jika generasi sahabat memiliki Abu Bakar sebagai tokoh utama, maka generasi tabi’in diwakilkan oleh Sa’id bin Al-Musayyib, demikianlah pujian ulama terhadapnya. Ia merupakan seorang ulama yang kharismatik, berwibawa, dan disegani oleh para pemimpin. Bilamana khalifah datang ke suatu masjid yang memerlukan untuk mengosongkan masjid tersebut, sementara di sana sedang duduk Sa’id, maka khalifah tidak akan berani menyentuhnya karena kewibawaannya. Ia tidak pernah mendatangi seorang gubernur pun selain Umar. Menunjukkan keshalihan dan kebaikan Umar pun diakui di mata seorang Sa’id bin Al-Musayyib.
5.      Salim bin Abdullah bin Umar bin Khattab, cucu dari Umar bin Khattab.
Suatu hari, Salim bin Abdullah datang kepada Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, saat itu salim memakai baju yang kasar dan using. Sulaiman menyambutnya dengan hangat dan mempersilakannya duduk di singgasananya. Umar bin Abdul Aziz ikut hadir di majelis tersebut, maka seorang laki-laki di barisan belakang berkata kepada Umar, “Apakah pamanmu itu tidak bisa memakai baju yang lebih bagus dan lebih baik dari bajunya itu untuk menghadap amirul mukminin?” Orang yang berbicara ini memakai baju yang bagus dan mahal. Umar menjawab. “Aku tidak melihat baju yang dipakai pamanku itu mendudukkannya di tempatmu ini, dan aku juga tidak melihat bajumu ini bisa mendudukanmu di tempat pamanku itu.”
Umar sangat menyayangi Salim, saking sayangnya, orang-orang pun menganggapnya berlebihan. Namun Umar membela diri karena Salim memang layak mendapatkan hal seperti itu.
6.      Mentor-mentor lainnya.
Umar bin Abdul Aziz terdidik dan belajar di tangan para ulama dan fuqaha’ dalam jumlah besar, jumlah gurunya mencapai tiga puluh tiga orang; delapan dari mereka adalah sahabat dan dua puluh lima lainnya adalah tabi’in. Umar bin Abdul Aziz menimba ilmu dan hikmah dari mereka, sehingga tampaklah ilmu dan akhlak yang mulia pada dirinya. Ia memiliki jiwa yang tangguh dalam menghadapi rintangan, keteguhan pemikiran yang mendalam dan selalu merenungkan Alquran, berkemauan kuat, dan lain-lain.

  1. Masa Kekhalifahan
1.      Sebelum Menjabat
Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama Raja’ bin Haiwah menasihatinya, "Wahai Amirul Mukminin, antara perkara yang menyebabkan engkau dijaga di dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di akhirat kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang adil, maka siapakah pilihanmu?". Jawab Khalifah Sulaiman, "Aku melihat Umar Ibn Abdul Aziz".
Surat wasiat diarahkan supaya ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sebagai penerus kekhalifahan, tetapi dirahasiakan darai kalangan menteri dan keluarga. Sebelum wafatnya Sulaiman, ia memerintahkan agar para menteri dan para gubernur berbai’ah dengan nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.
Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam keadaan bertanya-tanya, siapa khalifah mereka yang baru. Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, "Bangunlah wahai Umar bin Abdul-Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini".
Umar bin Abdul-Aziz bangkit seraya berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya jabatan ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa pernah aku memintanya, sesungguhnya aku mencabut bai’ah yang ada dileher kamu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki".

2.      Saat Menjabat
a.       Hari Pertama
Umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah dan Umar menerima dengan hati yang berat, hati yang takut kepada Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai khalifah ditolak dan Umar pulang ke rumah.
Ketika pulang ke rumah, Umar berpikir tentang tugas baru untuk memerintah seluruh daerah Islam yang luas dalam kelelahan setelah mengurus jenazah Khalifah 
Sulaiman bin Abdul-Malik. Ia berniat untuk tidur.
Pada saat itulah anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat ayahnya dan berkata, "Apakah yang sedang engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?". Umar menjawab, "Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini".
"Jadi apa engkau akan buat wahai ayah?", Tanya anaknya ingin tahu.
Umar membalas, "Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu zuhur, kemudian ayah akan keluar untuk salat bersama rakyat".
“Ayah, siapa pula yang menjamin ayah masih hidup sehingga waktu zuhur nanti sedangkan sekarang adalah tanggung jawab Amirul Mukminin mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi” ucap anaknya. Umar bin Abdul Aziz terus terbangun dan membatalkan niat untuk tidur, ia memanggil anaknya untuk mendekatinya, mengecup kedua belah mata anaknya sambil berkata “Segala puji bagi Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong aku di atas agamaku”
b.      Hari Kedua
Hari kedua dilantik menjadi khalifah, ia menyampaikan khotbah umum. Diujung khotbahnya, ia berkata “Wahai manusia, tiada nabi selepas Muhammad saw dan tiada kitab selepas al-Quran, aku bukan penentu hukum. Malah aku pelaksana hukum Allah, aku bukan ahli bid’ah malah aku seorang yang mengikut sunnah, aku bukan orang yang paling baik dikalangan kamu sedangkan aku cuma orang yang paling berat tanggungannya dikalangan kamu, aku mengucapkan ucapan ini sedangkan aku tahu aku adalah orang yang paling banyak dosa di sisi Allah”
Ia kemudian duduk dan menangis "Alangkah besarnya ujian Allah kepadaku" sambung Umar Bin Abdul Aziz. Ia pulang ke rumah dan menangis sehingga ditegur isteri “Apa yang Amirul Mukminin tangiskan?” Ia mejawab “Wahai isteriku, aku telah diuji oleh Allah dengan jabatan ini dan aku sedang teringat kepada orang-orang yang miskin, ibu-ibu yang janda, anaknya yang banyak, rezekinya sedikit, aku teringat orang-orang dalam tawanan, para fuqara’ kaum muslimin. Aku tahu mereka semua ini akan mendakwaku di akhirat kelak dan aku bimbang, aku tidak dapat menjawab hujjah-hujjah mereka sebagai khalifah kerana aku tahu, yang menjadi pembela di pihak mereka adalah Rasulullah saw’’ Isterinya pun turut mengalir air mata.
c.       Hari-hari selanjutnya (hal yang paling luar biasa)
Umar bin Abdul Aziz mulai memeritah pada usia 36 tahun sepanjang tempo 2 tahun 5 bulan 5 hari. Pemerintahannya sangat menakjubkan. Pada waktu inilah dikatakan tiada siapa pun umat Islam yang layak menerima zakat sehingga harta zakat yang menggunung itu terpaksa diberikan kepada seseorang yang tidak ada pembiayaan untuk bernikah dan juga hal-hal lain.
Zaman pemerintahannya berhasil memulihkan keadaan negaranya dan mengkondisikan negaranya seperti saat 4 khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah. Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tak kalah dengan 4 khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari atau 60 dirham perbulan. Karena itu banyak ahli sejarah menjuluki ia dengan Khulafaur Rasyidin ke-5.
3.      Akhir Masa Jabatan
Umar bin Abdul-Aziz wafat disebabkan oleh sakit akibat diracun oleh pembantunya. Umat Islam datang berziarah melihat kedhaifan hidup khalifah sehingga ditegur oleh menteri kepada isterinya, "Gantilah baju khalifah itu", dibalas isterinya, "Itu saja pakaian yang khalifah miliki".
a.       Wasiat untuk Anak-anaknya
Apabila ia ditanya “Wahai Amirul Mukminin, tidakkah engkau mau mewasiatkan sesuatu kepada anak-anakmu?” Umar Abdul Aziz menjawab "Apa yang ingin kuwasiatkan? Aku tidak memiliki apa-apa"
"Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam keadaan tidak memiliki?"
"Jika anak-anakku orang soleh, Allah lah yang menguruskan orang-orang soleh. Jika mereka orang-orang yang tidak soleh, aku tidak mau meninggalkan hartaku di tangan orang yang mendurhakai Allah lalu menggunakan hartaku untuk mendurhakai Allah"
Pada waktu lain, Umar bin Abdul-Aziz memanggil semua anaknya dan berkata "Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama, menjadikan kamu semua kaya dan ayah masuk ke dalam neraka atau kedua, kamu miskin seperti sekarang dan ayah masuk ke dalam surga karena tidak menggunakan uang rakyat. Sesungguhnya wahai anak-anakku, aku telah memilih surga."
Umar tidak berkata, “Aku telah memilih kamu untuk susah.”
Anak-anaknya itu ditinggalkan tidak berharta. Setelah kejatuhan Bani Umayyah dan masa-masa setelahnya, keturunan Umar bin Abdul-Aziz adalah golongan yang kaya berkat doa dan tawakkal Umar bin Abdul-Aziz.

D.    Referensi
    1. (Inggris) Umar II (Umayyad caliph)Britannica Online Encyclopedia.
    2. Abdurrahman, Jamal (2007). Keagungan Generasi Salaf (disertai kisah-kisahnya) (dalam bahasa Indonesia). Darus Sunnah.
    3. Jalaluddin Suyuthi (w. 911 H). Tarikh al-Khulafa(Sejarah Para Khalifah).
    4. Azra, Azyumardi (2004). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (dalam bahasa Indonesia). Prenada Media. hlm. 27–28.

INDONESIA BERDUKA : MARI MENGULURKAN TANGAN DAN MENENGADAHKAN DO’A

00.20


INDONESIA BERDUKA : MARI MENGULURKAN TANGAN DAN MENENGADAHKAN DO’A

Oleh : Filzah Restu Alfriyani

"Adakalanya kita diuji dengan berbagai versi. Allah menakar sejauh mana iman kita menapaki hati. Mempercayai kuasa Ilahi. Dan berdo’a tanpa henti, agar pertolongan Allah senantiasa selalu membersamai."  – Filzah Restu Alfriyani 

Akhir-akhir ini, tentu kita merasakan ujian demi ujian yang melanda Indonesia. Saudara-saudara kita dari setiap wilayah yang sedang merasakan duka. Mulai dari tsunami, longsor, banjir bandang, hingga gempa. Seakan tak henti-hentinya bumi menegur penduduknya. Gelombang tsunami yang baru saja menghantam daerah di pesisir pantai Banten dan juga Lampung pada Desember 2018 lalu, menyisahkan tangis kehilangan para sanak saudara dan juga trauma korban bencana. Dan dipergantian tahun 2019 ini,  duka itu kembali hadir di Wilayah Sulawesi Selatan yang mana banjir bandang menerpa Kota Makassar dan beberapa Kabupaten Sulawesi Selatan diantaranya; Kabupaten Gowa, Kabupaten Maros, dan Kabupaten Pangkep sejak Selasa (22/1/2019). Segala akses menjadi lumpuh dan para warga di evakuasi di tenda-tenda pengungsian. Hingga Rabu (23/1/2019), air belum juga menyurut akibat hujan yang masih tinggi di Sulawesi Selatan. Banjir bandang serta longsor yang  mengakibatkan rusaknya sarana dan prasarana yang ada serta rumah-rumah warga yang hanyut dan hancur terbawa arus banjir yang sangat deras. Bahkan memakan beberapa korban jiwa baik yang luka-luka maupun yang meninggal dunia. 

Tentu duka ini adalah duka bersama bagi seluruh umat muslim di Indonesia. Merasakan tangis dan ujian bagi para saudara-saudara kita yang sedang terkena bencana. Sebab ini adalah bentuk ujian dari Sang Maha untuk sama-sama kita saling merefleksikan kehidupan dunia. Bersabar dan berlapang dada untuk menerima segala kehendak-Nya. Menabahi ujian yang silih berganti tanpa jeda. Bersama-sama untuk saling berikhtiar dan tolong menolong untuk seluruh korban bencana. Dan kita yang belum merasakan ujian seperti saudara-sauda kita disana, harus senantiasa bersyukur dan berdo’a agar Allah jadikan hikmah atas peristiwa yang melanda, dan menjadikan iman kita bertambah kepada-Nya. 


Maka peran dan sikap kita sebagai umat muslim kala saudara-saudara kita mendapatkan musibah hendaknya :

1. Merasakan duka yang sedang dirasakan oleh saudara-saudara kita yang terkena bencana. Sebab mereka adalah saudara-saudara kita, apapun ras, agama, dan sukunya. Mereka adalah manusia yang mana kita sebagai umat muslim wajib untuk dapat memulihkan duka mereka dengan sebaik-baik cara.

2. Turut mendo’akan saudara-saudara kita agar Allah senantiasa melindungi mereka dari marabahaya. Barangkali, saat raga tak mampu mengunjungi saudara-saudara kita disana. Maka senantiasa kita terus mengirimkan do’a terbaik agar saudara-saudara kita mampu tersenyum kembali dan Allah lapangkan dadanya dan menguatkan iman-iman saudara kita.

“Tidak ada seorang hamba Muslim yang berkenan mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang dido’akan kecuali malaikat mendoakan orang yang berdo’a tersebut dengan kalimat “Kamu juga mendapat sama persis sebagaimana do’a yang kamu ucapkan itu.” ( HR. Muslim) 

3. Tidak menghakimi saudara-saudara kita yang terkena bencana dengan menyatakan hal-hal yang membuat mereka merasa tertekan dan berduka. Sebagai umat muslim, Allah memerintahkan kita untuk berlemah lembut dan menjaga lisan. Maka ketika ada saudara-saudara kita yang terkena musibah. Usahakanlah untuk menahan diri dari menghujat dan menyalahkan. Berilah motivasi dan hiburan agar hati saudara-saudara kita senantiasa bahagia. 

“Siapa saja yang memberikan hiburan ( melapangkan dada) seorang mukmin atas kesedihannya di dunia. Maka Allah akan menghilangkan kecemasannya (menghiburnya) dari kesedihan di hari kiamat kelak. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Bukhari dan Muslim) 

4. Tidak menyebarkan berita hoax yang menyebabkan korban bencana semakin takut dan cemas. Berikhtiar sebelum menyebarkan suatu berita, ada baiknya diklarifikasi terlebih dahulu. Sebab khawatir berita tersebut belum tentu benar adanya.

5. Menolong dan membantu memberikan harta yang kita punya untuk saudara-saudara kita yang terkena bencana. Memberikan donasi berupa uang, pakaian, makanan, dan lainnya yang dirasa dibutuhkan untuk korban bencana disana. Meskipun kita tidak memiliki harta yang banyak. Allah tak menilai seberapa banyak kita memberi, tapi Allah menilai setekad apa kita berusaha membantu saudara-saudara kita yang terkena bencana.

“Barangsiapa meringankan kesusahan seorang mukmin di dunia, niscaya Allah akan meringankan kesusahan hidupnya pada hari kiamat. Barangsiapa yang memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan niscaya Allah akan memberikan kemudahan baginya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya.” ( HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah) 

Sudah menjadi kewajiban seorang muslim untuk berbuat baik kepada sesama. Menolong dan meringankan beban saudara-saudara kita. barangkali, berharap kelak apa yang dilakukan dan dikorbankan di dunia, menjadi pemberat timbangan ahsanu amala. Hingga Allah ridha dan memberikan nikmat yang berujung pada manisnya Syurga. Semoga segala ujian dan musibah yang terjadi, menjadikan kita lebih banyak merenungkan diri. Belajar menjadi pribadi yang lebih baiklagi. Dan menyadari, betapa fananya dunia ini. saudara-saudara seiman, mari kita do’akan dan ulurkan tangan untuk saudara-saudara kita yang terkena bencana. Semoga Allah menguatkan jiwa-jiwa saudara kita disana.

“Dan sungguh akan Kami berikan ujian kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan beritakanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” ( Al-Baqarah : 155 ) 





Peran Pemuda Islam Dalam Menghadapi Pemilu

05.50



Peran Pemuda Islam Dalam Menghadapi Pemilu
Oleh : Filzah Restu Alfriyani

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” QS. Al-Ahzab : 21

            Pesta demokrasi hanya tinggal menghitung hari. Dalam menghadapi pemilu, sebagai Pemuda Islam kita-lah yang akan menentukan arah peradaban bangsa dan negara kita sendiri. Menjadi garda terdepan untuk mengetahui setiap calon pemimpin yang akan membawa perubahan dan kemashalatan bangsa ini. Sebagai pemuda, kita-lah yang menjadi aktor pencerah dalam keberlangsungan pemilu tahun ini. Sebab pemuda identik dengan semangatnya dalam membawa perubahan dan kemajuan peradaban. Pun tahun 1945,  pemuda Islam pernah membawa Indonesia pada masa kemerdekaan.
Membahas seorang pemuda masa kini, tentu Islam telah memiliki role model yang sejak  dulu menjadi inspirator penggerak dalam peradaban Islam. Muhammad Al-Fatih yang berusia 23 tahun mampu menaklukan konstatinopel, Zaid bin Tsabit seorang penulis dan hafal Al-Qur’an sejak usia 13 tahun. Selain itu, ada pula penguasa muda spanyol. Ia adalah Abdurrahman An Nashir yang diangkat menjadi kholifah saat berumur 21 tahun. Pada masanya Andalusia mencapai puncak kejayaan.
            Kontribusi dan aspirasi pemuda tentu sangat dibutuhkan dalam setiap aspek kehidupan. Kita-lah pemuda memiliki label leader of change dalam setiap lini perbaikan. memegang amanah kemajuan peradaban. Kitalah yang membarakan semangat kepedulian terhadap bangsa kita sendiri akan seperti apa di masa depan. Dan tahun ini, bahkan beberapa bulan lagi, kita akan dihadapkan dengan Pemilu. Kontribusi kita senantiasa ditunggu. Kita memiliki peran strategis dan sentral dalam momentum pemilu. Memiliki peran untuk memberikan pencerdasan kepada orang-orang disekitar untuk mengetahui visi dan misi pemimpin, menentukan pilihan dengan sebaik-baiknya, dan ikut berkontribusi dalam memberikan hak suara.
            Saat kita telah diberikan hak pilih, maka kitalah yang menggunakan dengan sebaik-baiknya. Karena memilih ataupun tidak, kelak akan dipertanggung jawabkan dihadapan-Nya. Maka jadilah pemuda islam yang cerdas dalam memilih dan menggunakan hak pilihnya. Menjauhkan diri dari perkara memilih semata-mata karena diberi uang ataupun hal lain yang menghantarkan kita pada dosa. Lalu sebagai pemuda islam, apa yang harus kita lakukan selama masa kampanye dan pemilu tahun ini ?
Pertama, setiap ada dialog kandidat calon pemimpin kita-lah yang ikut meramaikan baik di dunia nyata maupun di media sosial guna memberitahukan kepada oranglain untuk mengenali setiap kandidat calon pemimpin kita.
Kedua, mengajak orang-orang disekitar kita untuk ikut menyaksikan setiap kandidat calon pemimpin.
Ketiga, menyimak dan menyermati setiap visi dan misi, program, serta kebijakan pro rakyat yang dituangkan oleh setiap kandidat calon pemimpin.
Keempat, memahami setiap penyampaian setiap kandidat calon pemimpin untuk mengetahui arah yang akan dilakukan masa mendatang.
Kelima, menjadikan ilmu sebagai rujukan penilaian pada setiap kandidat calon pemimpin.
Keenam, memberi pencerdasan untuk memilih calon pemimpin yang taat pada agama, berakhlak baik, dan yang memberikan kebermanfaatan pada umat.
Ketujuh, mengajak orang-orang dilingkungan sekitar kita untuk menggunakan hak pilih mereka. Meluruskan mindset kepada masyarakat bahwa Pemilu tahun ini harus dilakukan dengan sehat tanpa kecurangan dari oknum-oknum tertentu.
Kedelapan, menjadi pemuda yang tetap menjunjung nilai-nilai saling menghargai dan meminimalisir perpecahan.
Terakhir, sebagai seorang muslim. Maka kita memiliki tugas untuk memilih pemimpin muslim pula. Pun Islam sudah sangat sempurna mengajarkan kita untuk memilih pemimpin yang sebagaimana Allah terangkan dalam Al-Qur’an.
1.      Beragama Islam, Beriman, dan Beramal Kebaikan sebagaimana dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 51, “(Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin) Menjadi ikutanmu dan kamu cintai.(Sebagian mereka menjadi pemimpin bagi sebagian lainnya) karena kesatuan mereka dalam kekafiran. (Siapa diantara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka dia termasuk diantara mereka) artinya termasuk golongan mereka. ...”
2.      Pemimpin yang mencari keridhoan Allah. Pemimpin yang juga mendekatkan dirinya kepada orang-orang yang shalih.

3.      Laki-laki
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” QS. An-Nisaa : 34
4.      Berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
5.      Kuat dan Sehat.
6.      Memutuskan perkara dengan adil
Sebagaimana yang ada dalam Al-Qur’an, “Wahai Daud, Kami telah menjadikan kamu khalifah di bumi, maka berilah putusan antara manusia dengan hak (adil) dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu.” QS. Shad : 22
7.      Tegas, bijaksana, dan tidak meragu.
8.      Bersikap lemah lembut
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” QS. Al-Imran : 159
            Semoga kita dapat berperan menjadi pemuda Islam yang selalu menggelorakan semangatnya untuk kebaikan. Memberikan pencerdasan dan berdakwah tak berkesudahan. Istiqomah dalam menjunjung nilai-nilai islam untuk kemashlahatan. Dan menjadi Pemuda Islam yang memberikan kontribusi untuk perubahan ke arah perbaikan. Mari menjadi Pemuda Islam yang menggunakan hak pilih nya dengan sebaik-baiknya. Wallahu a’lam bishawab.